Belum juga kita menikmati bagaimana serunya game Assassins Creed IV Black Flag, kali ini ada sebuah kabar bahwa akan ada game Assassins Creed terbaru. Tidak tanggung-tanggung, informasi untuk game ini sudah menunjukkan setting tempat dan waktunya. Hal ini langsung diungkapkan oleh sang Assassin’s Creed creator, Patrice Désilets.

Garis besarnya, Désilets menyampaikan bahwa game Assassins berikutnya akan beraksi pada tahun 1666 di Amsterdam, Belanda. Dirinya terinspirasi dari seorang pelukis asal Belanda yang bernama Rembrandt van Rijn. Dirinya terinspirasi oleh Rembrandt melalui lukisannya yang berjudul The Philosopher. “Rembrandt hidup di tahun 1666 dan meninggal pada tahun 1669. Saya ambil salah satu karya terbesarnya, The Philosopher, dan menaruhnya menjadi sebuah desain dokumen,” ungkap Désilets pada Gamereactor.

Selain itu, Désilets juga menyampaikan proses pengembangan game the next Assassins Creed ini. Dirinya membutuhkan satu tahun untuk membangun sebuah tim developer dan mempelajarinya (sejarah), dan kemudian membuat IP baru. Dalam pengerjaannya dirinya cukup menerima kesulitan, karena game Assassins Creed berikutnya akan lebih banyak baku tembak. “Hal ini tidak mudah karena pada awalnya saya (membuat) orang yang suka melompat-lompat dan membawa pedang, dan kali ini membuat game shooter. Kami membuat sesuatu yang berbeda, untuk memperluas jangkauan,” tambah Désilets.

Sebelumnya juga sang CEO Ubisoft sudah memberitahu kita bahwa ada tiga game Assassins Creed yang sedang dikerjakan, dan salah satunya adalah seri Black Flag. Apakah game ber-setting di Amsterdam ini merupakan Assassins Creed V? Ataukah seri spin-off?

Jika kita berbicara game yang punya suatu cerita, pasti akan ada yang namanya ending. Jelas saja,  dimana-mana setiap cerita pasti akan ada ending-nya. Namun menurut Jason VandenBerghe sebagai Creative Director di Ubisoft, game itu sebetulnya tidak perlu ending. Benarkah demikian?

VandenBerghe berpendapat bahwa desainer sempurna itu tidak menyertakan akhir cerita atau ending di dalam gamenya, karena game itu bersifat loop alias dimainkan terus menerus. VandenBerghe menyebutkan salah satu jenis game yang tidak akan pernah berhenti, diantaranya game poker dan football.

“Ada banyak game yang tidak memiliki ending, kebanyakan game arcade-style dan MMO tidak memiliki ending yang sebenarnya. The Sims tidak pernah memiliki ending. Catur? Poker? Football?,” ungkap sang creative director Ubisoft tersebut pada Gamasutra. “Secara keseluruhan, orang-orang di dunia menyukai game yang didisain tanpa akhir.”

Meskipun begitu, VandenBerghe tidak menyatakan bahwa membuat suatu ending dalam game merupakan sebuah kesalahan. Itu bisa menjadi bagian intristik dari seni dalam game.

Jika game-game buatan Ubiosft tidak memiliki ending, bagaimana dengan nasib Assassins Creed series ya?